Sabtu, 16 April 2011

Shubuh yang indah..


Assalamu’alaykum warohmatullah wabarokatuh.

Segala puji hanyalah milik Allah ‘azza wa jalla, pemilik apa yang ada dilangit dan dibumi, serta diantara keduanya.

Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada ash-Shodiq al-Masduq, Sayyidul Anbiyya wa Imamul Mursalin , al-Musthafa , Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallama.
Juga kepada Ahli Bait beliau dan para Shahabat beliaun para pejuang tauhid dan pahlawan sunnah, serta kepada orang-orang yang  berjalan dijalan mereka dengan baik sampai hari pembalasan nanti.

Wa ba’du..

Catatan kecil nan singkat ini kubuat setelah selesai melaksanakan rukun islam kedua yang mana merupakan kewajiban utama sesebagai seorang Muslim setelah ia mengakui bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah.

Catatan ini merupakan penghargaan kecil dariku kepada seorang “Ikhwan”, seorang Jama’ah laki-laki di Mesjid dekat rumahku.

Tadi aku sedikit terlambat dalam sholat, aku datang ketika Imam sudah memulai sholat, memang aku agak sedikit berleha-leha karena waktu shubuh disediakan agak longgar (iqamahnya lama),  setelah sampai ditempat meletakkan sandal dimesjid, aku melihat seorang Ikhwan baru turun dari motor, sama telatnya sepertiku, karena memang dasarnya aku tidak buru-buru kemesjid,sudah sampai didekat mesjidpun aku masih berleha-leha, dan akupun didahului oleh si Ikhwan ini.

Tapi yang membuatku terharu, MasyaAllah, dengan kerendahan hatinya, si Ikhwan ini menungguku tepat didepan pintu mesjid, ia membalikkan badanya, dan  menyambut tanganku untuk menyalamiku, dengan gaya sedikit menundukkan badan (seperti gaya anak buah menyalami bos besarnya, atau seperti seseorang menyalami orang yang ia segani) dengan senyuman yang manis sekali, akupun membalas menyambut tanganya, tersenyum, dan mengucapkan salam.

Sesampainya didalam mesjid, ternyata shaf pertama menyisakan ruang hanya untuk 2 orang (bisa untuk 10 orang, jika shaf dirapatkan, namun inilah sunnah, semakin lama semakin dibuang, shaf mesjid berantakan, tidak lurus dan rapat, malah dikatakan meluruskan dan merapatkan (menempelkan) kaki dengan kaki adalah milik sekte sekte tertentu, aliran tertentu, si Muhammadiyah lah, si Salafy, si Wahhabilah, Na’udzubillahi min dzaalik) ternyata tak cukup sampai disitu, si Ikhwan ini menungguku pula sampai aku masuk dibarisan shaf, dia menuntunku menuju shaf, memberikan isyarat dengan tangan agar aku menempati shaf, dan menggeser kakinya sedikit agar aku mendapatkan tempat yang lapang (karena memang tepat disebelah kiriku adalah jendela mesjid, agak susah untuk melakukan beberapa gerakan sholat), akupun berdiri tepat disebelahnya, kutempelkan kaki-ku dengan kakinya walaupun tidak sampai ke tumit (karena yang paling benar adalah tumit dengan tumit, ujung jari dengan ujung jari, bahu dan bahu).

Yah, untuk sebagian orang, itu bukanlah hal yang perlu untuk diceritakan, karena sudah biasa yang seperti itu, namun bagiku ini adalah hal yang indah, nikmat sekali, membuktikan bahwa begitulah akhlak seorang Muslim, Tawaddhu / rendah diri.

Padahal jika melihat background pendidikanya, beliau adalah seorang lulusan luar negeri, Australia (Allahu a’lam), entah S2, entah S3, beliaupun MasyaAllah bukanlah soerang yang “tidak berduit”, beliau juga telah berkeluarga, namun semua itu seolah-olah sirna ketika beliau berhadapan dengan seorang Muslim, ia tidak pernah mau tampil, berkoar disana sini, menceritakan kehebatanya, membanggakan kelebihanya, tidak demi Allah.. namun ia adalah seorang yang ceria sekali, seolah ingin menyenangkan hati orang yang melihatnya, tidak sombong, mau menyapa, tersenyum, bahkan menyalami aku (Entah siapalah aku ini, baru saja belajar agama, dan berusaha istiqomah, bahkan terkadang masih main-main, masih lalai dalam sholat dan ibadah sunnah lainya, bodoh pula) , bahkan aku memperhatikan, ia tidak pernah memakai baju koko lebih dari 3 model selama yang kutemui Allahu a’lam, dengan peci harga 10.000, plus jenggot yang lumayan panjang ia berangkat menuju mesjid, memakai sarung terkadang celana berbahan  lentur berwarna hitam . Akhlak yang sangat indah, sederhana sekali..

Ada juga seorang yang kukenal, seorang S3 lulusan Amerika, namun Akhlaknya waliyyadzubillah, sombong sekali, acap kali menghina orang, membuat malu orang dihadapan orang lain, menjatuhkan harga diri orang, mengatakan orang kufur nikmat Allah hanya karena tidak mempelajari sebuah pelajaran, tidak  mau menerima alasan orang ketika seorang terlambat.. dan sampai sekarang Alhamdulillah beliau inilah orang yang satu- satunya tidak ingin kutemui  karena akhlaknya yang buruk (tidak ingin kutemui bukan berarti aku memusuhinya dan memutuskan silaturahmi denganya, hanya saja keburukan akhlaknya agak membuatku malas berjumpa denganya kecuali ada urusan  yang memang sangat diperlukan) semoga Allah memberikan hidayah kepada beliau juga kepadaku, memaafkan dosanya juga dosaku..

Nah, itu saja yang kuposting pagi ini.. semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.. Terakhir sebagai penutup, kusajikan sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama tentang keutamaan berakhlak baik, 

Dari Abu Ad-Darda` radhiallahu anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ

Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah amatlah murka terhadap seorang yang keji lagi mengucapkan ucapan yang jelek.” 

(HR. At-Tirmizi no. 2002, Abu Daud no. 4799, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5726)

Balada pencari ikan sapu-sapu


Segala puji hanyalah milik Allah, 

kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampun kepada-Nya. Sesungguhnya barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk, dan barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkanya.



Amma Ba’du

Aku pernah membaca sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama yang berbunyi

عَجَبًالِأَمْرِالْمُؤْمِنِإِنَّأَمْرَهُكُلَّهُخَيْرٌوَلَيْسَذَاكَلِأَحَدٍإِلَّالِلْمُؤْمِنِإِنْأَصَابَتْهُسَرَّاءُشَكَرَفَكَانَخَيْرًالَهُوَإِنْأَصَابَتْهُضَرَّاءُصَبَرَفَكَانَخَيْرًالَهُ

“Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.”
(HR. Muslim dalam kitab az-Zuhd wa ar-Raqa’iq)

Hadits yang sangat indah menggambarkan keindahan akhlak kaum Muslimin apabila ia mendapatkan kesenangan dia bersyukur dan itu baik baginya, namun apabila ia ditimpa kesusahan, maka dia bersabar, itu juga baik baginya.

Agaknya hadits diatas yang menggambarkan apa yang kutonton sore ini di acara orang pinggiran, yang pada edisi kali ini bercerita tentang pencari ikan sapu-sapu di sungai-sungai.
Bercerita tentang seorang bapak kepala keluarga yang memiliki istri dan anak, si bapak berprofesi sebagai seorang pencari ikan sapu-sapu untuk diambil dagingnya kemudian dijual keagen.

Si bapak, berjibaku dengan derasnya arus sungai, dalamnya sungai, kotor dan keruhnya sungai oleh sebab sampah-sampah masyarakat, serta bahanya lain seperti binatang air yang membahayakan, semua pekerjaan mengandung resiko serta menantang maut itu ia jalani demi menghidupi keluarganya.

Ia bercerita, pernah suatu kali jaringnya menyangkut didasar sungai, kemudian ia berusaha mengambil / melepaskan namun ia hampir saja tenggelam dan untung saja ditolong oleh masyarakat sekitar.

Ikan sapu-sapu kemudian dikuliti, diambil dagingnya dan dijual, yah,, tidak banyak uang yang didapat, bahkan mungkin pengeluaran lebih besar daripada hasil yang ia dapat dari menangkap ikan sapu-sapu, bahkan tak jarang ia hanya membawa pulang ikan sapu-sapu untuk dimasak dirumah dan dimakan bersama anak istrinya, Subhanallah..namun sekali lagi alangkah mengagumkan perkara seorang Muslim, si Bapak ini kelihatan tabah dan sabar dalam menggeluti pekerjaanya (Allahu a’lam).

Tak sedikit ucapan Alhamdulillah yang spontan terucap dari lisanya, menggambarkan bahwa ia tetap mensyukuri apa yang Allah anugrahkan kepadanya. Subhanallah..

Ia bahkan memiliki cita-cita yang begitu indah, “kalau bisa besok anak saya gak seperti saya”. Begitu baiknya bapak ini, banyak ibroh yang kudapat dari melihat kisah-kisah para faqir, banyak hikmah yang kudapat dengan melihat jalan hidup mereka, ketimbang melihat jalan hidup si kaya.

Begitu bersahaja, hidup dalam kesusahan, namun tetap bersyukur kepada Allah, inilah sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim, Allah berfirman, La in syakartum, laazidannakum, wala ini kafartum, inna adzabii lasyadiid, jika engkau bersyukur, niscaya akan aku tambah, namun jika engkau kufur, maka adzabku sangat pedih. Wallahu a'lam..

Semoga tulisan singkat ini menjadi renungan untuk kita semua, kutulis di sore hari yang penuh berkah, 25 Rabiuts Tsaniy 1432 H / 30 Maret 2011 didepan televisi rumah, tulisan ini kupersembahkan untuk seorang selebriti yang baru baru ini menikah yang menghabiskan uang tak kurang dari 1 M, hanya untuk membeli baju pengantin, waliyyadzubillah… masih banyak orang disekitarnya yang tidak berbaju, tidak makan, tidak pernah merasakan kesenangan, tertutupkah mata dan hatinya??  Dan untuk bapak dan keluarga, aku  mendo’akan semoga Allah memperbaiki kehidupan mereka, selayaknya nama si bapak, Amir Sulaiman, nama seorang nabi yang mulia, Sulaiman ‘alaihissalam, yang memiliki kekayaan tak tertandingi, memiliki bala tentara dari golongan Jin dan Manusia, serta memiliki istana berlantai kaca diatas air..



dibuat : 25 Rabiuts Tsaniy 1432 H / 30 Maret 2011